SUMBAWAPOST.com, Mataram- Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Indah Dhamayanti Putri atau akrab disapa Umi Dinda menegaskan bahwa peran perempuan merupakan kunci keberhasilan pembangunan pariwisata yang inklusif dan berkelanjutan di NTB.
“Dalam setiap urusan, apabila ada perempuan di dalamnya maka akan ada rasa kesejukan, dan semua yang diurus akan sukses serta lancar,” ujarnya saat membuka Seminar Nasional Sosiologi ke-VI di Aula Rektorat Universitas Mataram, Senin (27/10).
Seminar yang mengangkat tema ‘Perempuan Pesisir dan Kepulauan dalam Konstelasi Pembangunan Pariwisata Inklusif’ ini, menurut Wagub, sangat sejalan dengan tiga pilar visi misi Pemerintah Provinsi NTB, yakni pengentasan kemiskinan ekstrem, ketahanan pangan, dan menjadikan NTB sebagai ikon pariwisata dunia.
Dalam kesempatan itu, Wagub Umi Dinda menekankan pentingnya kesiapan perempuan dalam memanfaatkan peluang pembangunan yang semakin terbuka di berbagai sektor.
“Keterlibatan perempuan dalam pembangunan hari ini tentunya harus kita sepakati bahwa sebelum kesempatan itu diberikan, perempuan sendiri harus mampu menunjukkan seperti apa meletakkan pondasi keilmuan mereka di dalam kedinasan maupun di luar kedinasan yang ada,” jelasnya.
Ia menegaskan bahwa pemberian ruang dan kepercayaan kepada perempuan bukan berarti mengesampingkan peran laki-laki, melainkan bentuk kolaborasi untuk memperkuat pembangunan daerah.
“NTB merupakan provinsi kepulauan, di mana sekitar 60 persen penduduk tinggal di wilayah pesisir,” terangnya.
Lebih lanjut, Wagub Umi Dinda mengungkapkan bahwa perempuan pesisir masih menghadapi kesenjangan akses terhadap pendidikan, permodalan, dan kepemimpinan di sektor ekonomi.
“Pariwisata juga memberikan kontribusi besar bagi perkembangan ekonomi daerah, namun perempuan pesisir masih mengalami kesenjangan akses terhadap pendidikan, permodalan, dan kepemimpinan yang berkaitan dengan ekonomi,” ucapnya.
Wagub Umi Dinda berharap agar seminar nasional ini mampu memperkuat posisi perempuan dalam sektor pariwisata, tidak hanya sebagai pelaku pendukung tetapi juga sebagai pengambil keputusan strategis.
“Partisipasi perempuan di sektor pariwisata sekitar 54 persen, namun sebagian besar masih di sektor informal. Tantangan utama adalah bagaimana memastikan perempuan tidak hanya menjadi pelaku pendukung, tetapi juga sebagai pengambil keputusan dalam industri pariwisata yang inklusif, berkelanjutan, dan berbasis komunitas,” pungkasnya.












