SUMBAWAPOST.com, Jakarta- Kepergian almarhum Affan Kurniawan, salah satu putra terbaik keturunan Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) meninggalkan luka mendalam bagi keluarga dan sahabat. Salah satu yang merasakan duka itu adalah Senator DPD RI asal NTB, Mirah Midadan Fahmid.
Awalnya, Mirah mengetahui kabar duka tersebut melalui media sosial. Namun, naluri kemanusiaannya langsung tergerak untuk memastikan kebenarannya.
“Saat saya mendapatkan informasi mengenai almarhum Affan melalui media sosial bahwa beliau adalah keturunan Bima, saya langsung cross-check kebenarannya. Dan ternyata benar, ayah almarhum adalah dou mbojo (asli Bima). Ini adalah panggilan hati saya, ini soal kemanusiaan, lebih spesifik lagi soal keluarga saya sendiri. Ini keluarga saya, keluarga dari Bima,” ujar Senator Mirah. Minggu 31 Agustus 2025.
Meskipun situasi Jakarta saat itu belum sepenuhnya kondusif, Senator Mirah tak berpikir panjang. Ia segera menuju rumah duka untuk menyampaikan belasungkawa langsung.
“Saya datang sebagai bagian dari keluarga besar Bima. Ketika keluarga kita sedang dilanda duka, saya merasa wajib untuk hadir dan menguatkan mereka,” tambahnya.
Menurut Mirah, langkahnya itu bukan sekadar formalitas, melainkan bentuk nyata kepedulian dan solidaritas terhadap keluarga besar Bima.
“Tidak ada yang lebih penting daripada mendampingi keluarga yang sedang berduka. Ini adalah bagian dari kewajiban kita sebagai sesama manusia, dan terlebih lagi sebagai bagian dari keluarga besar Bima,” tegasnya.
Menjadi orang Bima pertama yang hadir di rumah duka, Senator Mirah merasakan langsung kesedihan keluarga Affan.
“Mereka adalah keluarga saya, dan tidak ada yang lebih penting bagi saya selain menunjukkan empati mendalam,” kata Senator Mirah lirih.
Tak hanya menyampaikan duka, Mirah juga berharap generasi muda NTB bisa meneladani semangat dan keteguhan hati almarhum Affan.
“Meskipun muda, semangatnya luar biasa. Ia berjuang bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk keluarga dan bahkan negara ini,” ungkap Mirah.
Kehadiran Senator Mirah di rumah duka menjadi simbol solidaritas dan persaudaraan masyarakat Bima. Duka ini bukan hanya milik keluarga Affan, melainkan menjadi duka bersama bagi seluruh keluarga besar Bima dan NTB.
“Keluarga Bima selalu bersatu dalam suka dan duka. Apapun kondisinya, ikatan itu akan tetap kokoh,” tutup Mirah.












