SUMBAWAPOST.com, Mataram – Perkembangan teknologi dan derasnya arus informasi ternyata menyisakan masalah serius. Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Lalu Muhamad Iqbal, menegaskan bahwa gangguan kejiwaan kini menjadi tantangan besar di era digital yang penuh banjir informasi.
Hal itu disampaikan Miq Iqbal saat membuka Pertemuan Ilmiah Regional Perhimpunan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia (PDSKJI) wilayah Bali-Denpasar-NTB, bekerja sama dengan Seksi Psikiatri dan Budaya, di Mataram, Kamis (28/8). Kegiatan ini dirangkaikan dengan simposium bertema ‘Implikasi Budaya terhadap Kehidupan dan Kesehatan Mental Lansia di Era Globalisasi’.
“Kita semua sedang diuji. Perubahan budaya berjalan begitu cepat. Media sosial membuat kita lebih paham apa yang terjadi di Jakarta daripada dengan tetangga sendiri,” sindirnya, disambut tawa peserta.
Menurut Miq Iqbal, fenomena over information atau ledakan informasi membuat masyarakat rentan stres dan mudah terguncang secara psikologis. Ironisnya, ia menyebut 80 persen informasi yang kita terima setiap hari tidak relevan dengan kehidupan kita.
“Sayangnya, semua itu kita telan mentah-mentah. Mau tidak mau, kita harus punya kemampuan mengelola psikologi agar tidak mudah goyah,” tegasnya.
Di sisi lain, Gubernur Iqbal menyoroti fenomena kecerdasan buatan dan otomatisasi yang mulai menggantikan banyak pekerjaan manusia. Namun, ia menegaskan satu profesi yang tak akan lekang oleh zaman yakni psikolog dan tenaga kesehatan jiwa.
“Teknologi bisa mengambil alih banyak pekerjaan, tapi tidak bisa menggantikan sentuhan kemanusiaan. Psikolog akan selalu dibutuhkan,” katanya.
Miq Iqbal juga mengapresiasi penyelenggaraan simposium tersebut. Menurutnya, jika kesehatan mental dijadikan prioritas, maka sebagian besar masalah kesehatan masyarakat akan dapat diatasi sejak dini.
“Mengurus jiwa sama pentingnya dengan mengurus raga. Kalau mental sehat, hidup pun lebih mudah dijalani,” pungkasnya.












