SUMBAWAPOST. com, Mataram- Empat hari terapung di tengah lautan luas tanpa makanan, tanpa air, hanya berpegangan pada benda seadanya. Itulah kisah dramatis enam awak kapal KAYA ILAHI yang selamat dari maut setelah kapal barang yang mereka tumpangi tenggelam. Nelayan lokal menemukan mereka di perairan Lombok Utara, Selasa (4/9/2025), sebelum kemudian dievakuasi oleh Polres Lombok Utara.
Kabid Humas Polda NTB, Kombes Pol. Mohammad Kholid, SIK, mengungkapkan, informasi pertama datang dari masyarakat yang melihat enam orang tengah terombang-ambing di laut. Beruntung, nelayan setempat yang kebetulan melintas segera menolong para korban.
“Begitu mendapat laporan, personel Polres Lombok Utara langsung bergerak melakukan evakuasi. Para korban segera dibawa ke Puskesmas Bayan untuk mendapat pertolongan medis,” jelas Kholid. Minggu (7/09/2025).
Berdasarkan keterangan korban, insiden ini bermula ketika M. Saleh dan lima rekannya berangkat dari Pelabuhan Bima pada 31 Agustus 2025 menggunakan kapal barang KAYA ILAHI yang mengangkut 350 ton garam menuju Banjarmasin.
Namun, pada 2 September 2025, kapal mereka dihantam ombak besar hingga terbalik dan akhirnya tenggelam. Tanpa peralatan keselamatan memadai, keenam awak kapal berjuang berenang dan bertahan hidup dengan memanfaatkan benda-benda yang mereka temukan di laut.
Setelah empat hari terombang-ambing di lautan, keenam korban ditemukan nelayan dalam kondisi sangat lemas dan kehabisan tenaga.
“Diperkirakan mereka sudah terapung selama empat hari sebelum akhirnya ditolong nelayan,” terang Kholid.
Setelah berhasil dievakuasi, para korban langsung mendapat perawatan intensif di Puskesmas Bayan. Hingga kini, kondisi mereka perlahan mulai stabil.
Meski tidak ada korban jiwa, kerugian material dalam insiden ini cukup besar. Satu unit kapal barang beserta muatan 350 ton garam dipastikan hilang. Polres Lombok Utara saat ini tengah berkoordinasi dengan keluarga korban yang seluruhnya berasal dari Kabupaten Bima, sekaligus menginvestigasi penyebab pasti tenggelamnya kapal.
Kisah enam awak kapal KAYA ILAHI ini bukan hanya tentang perjuangan melawan maut, tapi juga menjadi peringatan keras tentang pentingnya keselamatan pelayaran. Ombak besar bisa datang kapan saja, dan tanpa perlengkapan memadai, nyawa taruhannya.












