Tiga Gubernur Bali, NTB, dan NTT sepakat membentuk Poros Selatan Indonesia. Dipelopori Gubernur NTB Dr. Lalu Muhamad Iqbal, kolaborasi ini fokus pada energi hijau, logistik, dan pariwisata lintas wilayah untuk memperkuat ekonomi kawasan.
SUMBAWAPOST.com, Bali- Gelombang baru pembangunan kawasan selatan Indonesia resmi dimulai dari Pulau Dewata. Tiga gubernur Bali, NTB, dan NTT sepakat menyalakan mesin kolaborasi lintas provinsi yang bakal jadi magnet baru ekonomi nasional.
Di tengah dominasi pembangunan yang selama ini berpusat di Jawa, tiga provinsi ini tampil percaya diri dengan gagasan besar membangun Poros Selatan yang tak hanya indah secara pariwisata, tapi juga kuat secara energi dan ekonomi.
Dan di balik layar sinergi itu, sosok Gubernur NTB, Dr. Lalu Muhamad Iqbal, menjadi otak penggeraknya. Ia menggagas konsep integrasi energi hijau, konektivitas logistik, dan pariwisata lintas wilayah yang akan menyatukan tiga provinsi dalam satu napas pembangunan.
“Kita harus berpikir sebagai satu kawasan. Bali, NTB, dan NTT memiliki potensi yang saling melengkapi dari energi, logistik, hingga pariwisata. Dengan integrasi dan sinergi, kita bisa mandiri dan efisien,” tegas Iqbal. Senin (3/11/2025).
Iqbal bahkan mengusulkan pembangunan super grid antarprovinsi yang akan menghubungkan sumber daya listrik bersih NTB dan NTT dengan pusat kebutuhan energi di Bali. Langkah ini disebut-sebut bisa jadi model pertama jaringan energi hijau antarprovinsi di Indonesia.
Selain energi, sektor transportasi laut dan udara juga menjadi fokus utama. NTB tengah menyiapkan Pelabuhan Gili Mas sebagai pusat logistik kawasan serta Bandara Internasional Lombok sebagai mini hub penerbangan Indonesia Timur.
“Ada dua segmen yang kita pikirkan ke depan. Kerjasama dan integrasi. Kami melihat peluang besar untuk membangun sistem energi hijau terintegrasi, konektivitas logistik, dan penguatan pariwisata lintas wilayah,” ungkapnya lagi.
Gubernur Bali I Wayan Koster menyambut ide itu dengan tangan terbuka. Ia menyebut sinergi Bali-NTB-NTT bukan sekadar seremoni, tapi kelanjutan sejarah tiga daerah yang punya akar budaya dan masa depan yang sama. “Ini bukan nostalgia, tapi kelanjutan sejarah dan kebutuhan masa depan,” kata Koster.
Sementara itu, Gubernuor NTT Emanuel Melkiades Laka Lena menegaskan, Poros Selatan bukan sekadar simbol, tapi komitmen nyata tiga daerah untuk menyeimbangkan pembangunan nasional dari pinggiran.
“Kami menyangga di bagian selatan Republik ini. Kerja sama ini mudah-mudahan membuat kami makin kuat secara provinsi maupun kawasan,” tegasnya.
Tiga provinsi ini kini bersiap menandatangani MoU di NTB pada 25 November 2025 dan Perjanjian Kerja Sama (PKS) di NTT pada 22 Desember 2025. Inilah awal dari babak baru Indonesia. Poros Selatan menyala dari Bali, NTB, hingga NTT dengan energi, semangat, dan kolaborasi.












