SUMBAWAPOST.com, Mataram – Kota Mataram kembali diuji. Hujan deras yang mengguyur sejak Minggu pagi, 6 Juli 2025, berubah menjadi bencana besar. Air meluap tanpa ampun, merendam rumah-rumah, menutup jalan protokol, dan melumpuhkan denyut nadi kota. Di tengah isak tangis warga yang kehilangan tempat tinggal dan harta benda, muncul suara lembut namun tegas dari tokoh perempuan NTB, Nadirah Al-Habsyi.
Meski saat kejadian banjir berlangsung dirinya sedang bertugas di Jakarta, Ketua DPW Partai Bulan Bintang (PBB) NTB itu tetap memantau perkembangan dan menyampaikan belasungkawa yang mendalam untuk warga terdampak.
“Musibah ini bukan hanya derita lahir, tapi juga teguran batin dari Sang Pencipta. Saya ikut berduka cita yang mendalam. Semoga Allah SWT memberikan kesabaran kepada warga dan segera mengangkat musibah ini dari tanah kita,” ucap Nadirah Al-Habsyi lirih, Senin (7/07) dari Jakarta.
Bagi Nadirah Al-Habsyi yang juga anggota DPRD Provinsi NTB, musibah ini adalah peringatan Ilahi, bukan sekadar fenomena cuaca. Ia mengajak masyarakat untuk menjadikan momen ini sebagai muasabah diri dan panggilan untuk kembali kepada Tuhan.
“Mungkin kita terlalu sibuk membangun gedung, tapi lupa membangun kepedulian. Terlalu sibuk mengejar dunia, tapi lupa siapa pemilik langit dan bumi. Kini alam bersuara, dan kita harus kembali bersujud,” tuturnya penuh haru.
Sebagai istri dari Arman Anwar Sekretaris Wilayah Gerakan Pemuda Ansor NTB Nadirah Al-Habsyi menegaskan bahwa gerak cepat dan kepedulian nyata harus menjadi prioritas. Ia menyerukan kader PBB NTB untuk langsung turun tangan di lapangan, membantu warga terdampak banjir.
“Saatnya kita bergandengan tangan. Ini bukan ujian satu golongan, tapi kita semua. Air boleh meluap, tapi jangan biarkan iman dan kemanusiaan kita ikut tenggelam,” tegasnya.
Perempuan asal Dompu, Pulau Sumbawa, yang kini memegang tongkat kendali DPW PBB NTB itu memastikan bahwa pihaknya segera mengirim bantuan bagi masyarakat terdampak. Meski secara fisik berada di luar daerah, hatinya tetap menyatu dengan derita warga Mataram.
“Kader PBB harus jadi pelayan umat, bukan sekadar pelengkap daftar politik. Warga kita butuh uluran tangan, bukan janji. Insya Allah dalam waktu dekat kami akan kirim bantuan ke titik-titik terdampak,” pungkasnya.












