SUMBAWAPOST.com, Mataram – Suasana di depan Kantor Kejaksaan Tinggi (Kejati) Provinsi Nusa Tenggara Barat, Jumat (22/08/2025), mendadak memanas. Puluhan massa dari Komando Pemuda Anti Korupsi (KOMPAK) NTB kembali menggelar aksi unjuk rasa jilid III dengan satu tuntutan besar yakni bongkar dugaan dana siluman miliaran rupiah yang diduga dibagikan kepada sejumlah anggota DPRD NTB.
Tak mau kecolongan, Kapolsek Selaparang Ipda Zulharman Lutfi, SH turun langsung memimpin pengamanan dengan menerjunkan pasukan penuh. Polisi memastikan jalannya aksi tetap aman, meski teriakan massa dan suara peluit memecah udara siang itu.
“Kami mengawal jalannya aksi ini demi kelancaran penyampaian pendapat di muka umum sekaligus menjaga kamtibmas. Tugas kami jelas untuk amankan aksi, jaga kondusivitas,” tegas Kapolsek Zulharman kepada wartawan.
Dalam orasinya, massa KOMPAK NTB menembakkan kritik tajam ke arah para wakil rakyat. Mereka menuding ada dana siluman yang diduga dibagikan ke sejumlah anggota DPRD NTB dan menuntut Kejati NTB segera membuka tabir gelap kasus tersebut.
“Publik berhak tahu siapa saja yang bermain di balik perampokan uang rakyat ini. Jangan biarkan kasus ini menguap begitu saja,” ujar Arif Kurniadi salah satu orator
Koordinator Lapangan (Korlap) aksi, Firmansyah alias Andre, bahkan menuding Kejati NTB lamban dan berputar-putar dalam menangani perkara ini.
“Mens rea sudah jelas, kok masih penyelidikan? Buktinya, beberapa oknum DPRD NTB sudah mengembalikan uang siluman ke Kejati. Itu artinya ada kesalahan serius. Kami minta Kejati jangan pura-pura buta,” tegas Andre.
Empat Tuntutan KOMPAK NTB: Bongkar Skandal, Usut Otak Intelektual
Melalui pernyataan sikap resmi, KOMPAK NTB melayangkan empat tuntutan keras:
1. Mendesak Kejati NTB segera membongkar kejahatan dugaan pembagian dana siluman oleh oknum DPRD NTB.
2. Meminta status perkara segera naik dari penyelidikan ke penyidikan.
3. Menuntut penetapan tersangka terhadap semua oknum DPRD NTB yang terlibat.
4. Mendesak Kejati NTB memanggil dan mengadili Gubernur NTB, yang disebut-sebut sebagai otak intelektual di balik dugaan perampokan hak rakyat ini.
Meski teriakan massa memanas, aksi berakhir damai tanpa insiden berarti. Setelah menyerahkan berkas tuntutan ke pihak Kejati NTB, seluruh peserta aksi membubarkan diri secara tertib.












