SUMBAWAPOST.com, Mataram- Anggota DPRD NTB, Muhammad Aminurlah, kembali menyoroti dugaan keberadaan sekolah luar biasa (SLB) fiktif di Kabupaten Bima. Kali ini, temuan mencuat di Desa Mangge, Kecamatan Lambu, tempat di mana sebuah SLB diketahui sudah tidak aktif namun tetap menerima dana bantuan pemerintah.
“Informasi yang saya terima dari masyarakat, SLB AH (disebutkan namanya) tidak aktif. Tidak ada siswanya juga,” ungkap legislator PAN itu, dalam keterangan yang diterima media ini, senin (12/5).
SLB AH tercatat berlokasi di Desa Mangge dan dipimpin oleh seseorang berinisial SU. Berdasarkan data yang dihimpun, sekolah ini dilaporkan memiliki 40 siswa dan 13 guru. Namun fakta di lapangan menunjukkan tidak ada aktivitas belajar mengajar di sekolah tersebut.
Ironisnya, pada tahun 2024, SLB AH tetap menerima dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) tahap pertama dan kedua dengan total mencapai Rp229,2 juta. Dana Program Indonesia Pintar (PIP) juga disebut tetap mengalir.
“Setiap tahun sekolah tersebut menerima dana BOS sebesar Rp229.200.000, belum termasuk dana PIP,” ungkap Maman sapaan akrab Aminurlah. Ia menegaskan, hal itu sangat janggal mengingat tidak ada proses belajar mengajar yang berlangsung.
Maman yang juga merupakan mantan anggota DPRD Bima tiga periode itu mengaku telah mengkonfirmasi kondisi SLB AH kepada Kepala Desa Mangge, Nasarudin. Dari hasil pengecekan, diketahui sekolah itu sudah lama tidak menyelenggarakan kegiatan pendidikan, bahkan hingga ujian nasional.
“Selama lebih kurang 5 tahun terakhir ini tidak ada proses kegiatan belajar mengajar, termasuk kegiatan ujian sekolah atau ujian nasional. Namun blangko ijazah tetap diberikan oleh pihak dinas,” beber Maman dengan nada geram.
Meski bangunan fisik SLB masih berdiri, aktivitas pendidikan di dalamnya disebut sudah lama berhenti. “Dinas harus turun cek. Apakah benar ada siswa atau tidak. Kalau sudah tidak aktif lagi, harus dievaluasi,” tandasnya.
Hal tersebut juga dibenarkan oleh Kepala Desa Mangge, Nasarudin. Ia menyatakan, tidak ada kegiatan pendidikan yang berlangsung di SLB itu.
“Bangunan fisik sekolah itu ada, namun sudah tidak ada lagi aktivitas belajar mengajar,” bebernya saat dihubungi wartawan melalui telepon seluler.
Menurut pengamatannya, dalam tiga tahun terakhir, kegiatan belajar mengajar tidak pernah tampak. “Tenaga pengajar di SLB itu hanya datang untuk nongkrong. Ndak ada (belajar mengajar),” ujar Nasarudin.
Informasi yang berkembang menyebutkan bahwa SLB AH dimiliki oleh seorang guru berstatus ASN. Namun, Nasarudin tidak mengetahui secara pasti siapa pemiliknya. “Yang kami tahu bahwa pemilik SLB itu berasal dari luar Kecamatan Lambu. Tenaga pengajar juga dari luar Kecamatan Lambu,” tambahnya.
Sebelumnya, Aminurlah juga mengungkap temuan serupa di Kecamatan Ambalawi, Bima. Sebuah SLB berinisial BB disebut tidak pernah menyelenggarakan proses belajar mengajar sejak berdiri pada 2018. Kondisi fisik bangunannya pun disebut lebih mirip kandang ternak daripada fasilitas pendidikan.
Meski demikian, SLB BB juga tetap menerima dana BOS dan PIP setiap tahun. Pada 2024, sekolah tersebut tercatat menerima dana BOS sebesar Rp229 juta.












