SUMBAWAPOST.com, BIMA – Setelah belasan tahun hanya menjadi mimpi dan janji politik yang tak kunjung ditepati, Jembatan Lewa Mori di Kabupaten Bima akhirnya menemukan titik terang. Proyek raksasa yang sempat terkatung-katung ini bakal dibangun dengan anggaran fantastis Rp1 triliun dan siap dimulai pertengahan Juli 2026, berkat perjuangan tanpa henti dan tanpa lelah dari Anggota DPR RI Komisi V, Mori Hanafi Dapil Neraka NTB I (Pulau Sumbawa)
Panjang keseluruhan Jembatan 2.700 meter, terdiri dari daratan 2.100 meter dan jembatannya 600 meter yang membentang megah di atas Teluk Bima ini bukan sekadar penghubung antara dua desa Desa Panda (Kecamatan Palibelo) dan Desa Daru (Kecamatan Bolo). Ini adalah simbol harapan panjang masyarakat Pulau Sumbawa atas percepatan konektivitas, pemerataan pembangunan, dan pemacu pertumbuhan ekonomi kawasan khusus di Bima dan sekitarnya.
Gagasan pembangunan jembatan ini sejatinya sudah digaungkan sejak belasan tahun silam. Bahkan pada 2019 sempat masuk skema anggaran, namun raib akibat refocusing dana untuk pandemi. Dokumen AMDAL, studi kelayakan, RKL-RPL, hingga pembebasan lahan sudah disiapkan oleh Pemkab Bima di bawah duet kepemimpinan Dinda-Dahlan.
Sayangnya, proyek ini seolah terjebak dalam pusaran birokrasi dan pergantian kekuasaan, baik di daerah maupun pusat. Harapan publik kembali berkobar ketika Gubernur NTB saat itu, Zulkieflimansyah, memposting pertemuannya dengan Menteri Bappenas Suharso Monoarfa, mengklaim bahwa anggaran akan cair pada 2023. Lagi-lagi hanya jadi ‘status medsos’ tanpa realisasi.
Gebrakan Mori Hanafi: Dari Lobi Senyap ke Aksi Nyata
Kini, Mori Hanafi, politisi vokal asal Pulau Sumbawa, tampil dengan gagah berani dan suara lantang bak penyelamat. Ia mengungkapkan bahwa pembangunan jembatan Lewa Mori telah masuk tahap final Detail Engineering Design (DED) dan akan rampung Oktober 2025.
“Alhamdulillah, pertengahan 2026 kita mulai bangun. Anggarannya lewat APBN, senilai Rp1 triliun. Ini proyek besar, akan makan waktu 3–4 tahun pengerjaan,” tegas Mori Hanafi. Senin 14 Juli 2025.
Namun di balik kabar baik ini, tersimpan perjuangan panjang yang tidak ringan. Sejak menjabat di Senayan, Mori Hanafi tak pernah berhenti mendorong, melobi, bahkan menghadiri rapat-rapat krusial di tingkat kementerian untuk memastikan suara rakyat Pulau Sumbawa tak tenggelam di antara hiruk-pikuk kepentingan nasional.
Ia juga mendorong percepatan proyek Samota, yang sebelumnya diusulkan Rp600 miliar dan kini setelah evaluasi cukup dengan Rp400 miliar. Baginya, kedua proyek ini adalah penentu arah masa depan pembangunan NTB Timur.
Jembatan Lewa Mori bukan hanya memperpendek jarak tempuh dari Bandara Sultan Salahuddin ke Kota Bima sejauh 17 kilometer, tapi juga membuka potensi besar Teluk Bima sebagai kawasan wisata bahari dan ekonomi baru. Proyek ini bahkan digadang-gadang bisa menjadi ikon baru pariwisata di NTB Timur.
“Sudah berapa kepala daerah dan presiden ganti, tapi jembatan ini tak pernah tembus. Kalau kali ini beneran dibangun, berarti Mori Hanafi beda,” ujar Nurdin, warga Kabupaten Bima.
Sinyal positif ini pun disambut hangat oleh generasi muda Pulau Sumbawa. Putri Salsabila, salah satu aktivis pemuda NTB, menyebut bahwa perjuangan Mori adalah angin segar yang menyejukkan asa masyarakat.
“Dengan Lewa Mori dan Samota, akses makin terbuka, ekonomi menggeliat, dan rakyat pasti sejahtera. Inilah pembangunan yang ditunggu-tunggu masyarakat Sumbawa, bukan sekadar janji panggung kampanye,” tegas Putri.












