SUMBAWAPOST.com, Mataram –Anggota DPD RI Dapil NTB Mirah Midadan Fahmid menyoroti kondisi perekonomian Nusa Tenggara Barat (NTB) yang menunjukkan tren mengkhawatirkan pada awal tahun 2025. Senin (2/06).
Pertumbuhan Ekonomi NTB dari Kacamata Mirah Midadan Fahmid
Jika ditelaah secara regional antar provinsi, NTB menduduki peringkat ke-dua dengan laju pertumbuhan (yoy) terendah yakni sebesar -1,47 persen di atas Papua Tengah (-25,53%). Selain dua provinsi itu, seluruh provinsi memiliki laju pertumbuhan yang bernilai positif. LANTAS?
Mengapa PDB NTB Anjlok?
Distribusi Produk Domestik Bruto
(PDB) NTB sangat terkonsentrasi dengan kegiatan pertambangan.
Titik permasalahan terjadi pada laju pertumbuhan sektor tambang tersebut. Walaupun pertanian dengan distribusi terbesar melaju sebesar 10,28 persen, namun pertumbuhan sektor pertambangan terkontraksi sangat dalam mencapai -30,14 persen menjadikan ekonomi NTB secara agregat terkontraksi signifikan.
Ekspor Tambang Turun Drastis
Hal ini juga sejalan dengan ekspor tambang NTB yang turun drastis.
Pada Februari 2024, ekspor tambang masih mencapai 229,89 juta dolar AS, namun pada Januari dan Februari 2025 tercatat nol, atau turun 100 persen. Ini mencerminkan dampak langsung dari turunnya produksi dan belum adanya penjualan akibat proses transisi dan kehati-hatian dalam pengoperasian smelter.
Ada Apa dengan sektor Tambang di NTB Triwulan I ?
Laporan BPS 2025 menyebutkan bahwa terjadi penurunan produksi konsentrat dibandingkan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya.
Hal ini terjadi karena PT Amman Mineral Internasional Tbk, tambang terbesar di NTB, berpindah dari fase penambangan bijih berkadar tinggi di Fase 7 ke fase berikutnya (Fase 8) yang sebagian besar masih berisi batuan penutup dan bijih berkadar rendah.
Dampaknya cukup besar yakni:
Produksi tembaga turun 62 persen menjadi 37 juta pon
Emas turun 81 persen menjadi 32.340 ons, Konsentrat turun 554 persen menjadi 79.741 metrik ton kering
Selain itu, tidak ada penjualan pada triwulan 1-2025 – karena perusahaan memilih pendekatan hati-hati dalam proses awal pengoperasian smelter demi menjaga keselamatan.
Senator Mirah Dorong Solusi Pemprov NTB Terkait PDB Anjlok
Melihat kondisi ini, Senator Mirah Midadan Fahmid mendesak Pemerintah Provinsi NTB segera mengambil langkah serius dalam menyikapi ketergantungan ekonomi terhadap sektor tambang.
Berikut empat langkah strategis yang disampaikan oleh Senator Mirah:
1. Diversifikasi Ekonomi Menjadi Urgent Dilakukan
Ketergantungan yang tinggi pada sektor tambang membuat perekonomian daerah rentan terhadap fluktuasi produksi dan harga komoditas. Oleh karena itu, NTB perlu mendorong pengembangan sektor lain seperti pertanian, pariwisata, dan industri pengolahan agar lebih tahan terhadap guncangan eksternal dan mampu menjaga stabilitas ekonomi jangka panjang.
2. Menyusun Kebijakan Sektor Ekonomi Non-Ekstraktif
Sudah seharusnya Pemprov NTB melakukan pemetaan potensi, penguatan UMKM, dan pengembangan industri hijau. Karena hal ini menjadi strategi kunci dalam membangun ekonomi daerah yang inklusif, berdaya saing, dan tahan terhadap gejolak komoditas.
3. Perlunya Pengelolaan Ecological Fiscal Transfer (EFT)
Penerapan Ecological Fiscal Transfer (EFT) menjadi strategi potensial bagi NTB dalam mendiversifikasi ekonomi dan menjaga kelestarian lingkungan. Melalui insentif fiskal berbasis kinerja pengelolaan lingkungan, EFT memungkinkan transfer anggaran dari pemerintah pusat hingga ke desa. Skema ini dapat dilakukan melalui empat model transfer fiskal antara provinsi, kabupaten, dan desa serta alokasi berbasis kinerja OPD daerah.
4. Melalui Pengelolaan DBH SDA Minerba
Anggaran DBH SDA Minerba NTB tahun 2024 yang mencapai 35 persen dan total DBH mencerminkan tingginya ketergantungan fiskal terhadap sektor tambang. Namun, dana ini berpotensi menjadi modal awal diversifikasi ekonomi ke sektor non-tambang seperti pertanian, pariwisata, dan UMKM, guna membangun struktur ekonomi NTB yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
“Mendorong Pemprov NTB segara transformasi ekonomi yang lebih berkelanjutan dan tangguh menghadapi dinamika global,”tutup senator Mirah Midadan Fahmid.